Pages

Minggu, Juni 15, 2014

Syarat dibolehkannya maksiat

Syarat dibolehkannya maksiat
Sebagai seorang yang beriman kepada Allah SWT, tentu kita dituntut untuk selalu melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, salah satu dari larangan Allah adalah berbuat maksiat atau melakukan kejahatan. Segala bentuk maksiat baik kecil atau besar, terlihat atau tersembunyi, semua sudah jelas dan ada keterangannya dalam Al Quran dan Hadits agar kita menjauhinya.


Namun ternyata ada syarat-syarat tertentu yang dapat membolehkan kita untuk bermaksiat. Dengan kata lain siapapun kita berhak untuk melakukan segala bentuk kemaksiatan JIKA bisa dan mampu untuk memenuhi beberapa syarat yang akan kita bahas ini. Diantara syarat-syarat untuk dibolehkan dan dihalalkannya maksiat tersebut adalah:


Syarat Pertama: Boleh maksiat jika tidak ada yang melihat.
Syarat pertama adalah tidak ada satupun yang bisa dan mampu melihat disaat kita melakukan maksiat. Jadi silahkan bersembunyi dimanapun, kalau tidak ada SATUPUN yang melihat disaat kita bermaksiat, namun kenyataannya meskipun kita bisa bersembunyi dari penglihatan manusia, kita sama sekali dan tidak akan mungkin bisa lari dari penglihatan dan pengawasan Allah SWT.

Allah Berfirman dalam Al Quran:

وهو معكم أينما كنتم والله بما تعملون بصير

“Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS: AL Hadid; 4)

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah selalu bersama kita. (QS: At Taubah 40)

ألَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ

“Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah SWT Maha Mengetahui apa-apa yang ada dilangit dan apa-apa yang ada dibumi”. (QS: Al Mujadilah: 7)

Dari keterangan dalil-dalil diatas, tentu kita faham bahwa kita tidak bisa lari dari pengawasan dan penglihatan Allah SWT, karena Allah Maha Melihat sekaligus Maha Mengetahui apapun yang kita kerjakan. Oleh karenanya, syarat pertama ini tentu sangat MUSTAHIL sekali jika kita bisa atau mampu memenuhinya.

"Namun... kenyataannya meskipun kita bisa bersembunyi dari penglihatan manusia, kita sama sekali dan tidak akan mungkin bisa lari dari penglihatan dan pengawasan Allah SWT".

Jikalah kiranya kita tidak mampu untuk bersembunyi dari pengawasan Allah, lalu kenapa kita berani bermaksiat dihadapan Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Bukankah Allah Maha Mengetahui Segala apa yang kita kerjakan? Apakah kita tidak punya rasa Malu untuk bermaksiat dihadapan Allah?

Disaat kita sedang berzina contohnya, meskipun ditempat yang tertutup, tidak terlihat oleh seorangpun, tapi ingatlah bahwa Allah selalu melihat apa yang kita kerjakan. Dan apa yang kita kerjakan saat itu akan dimintai pertanggungjawaban dihari akhir nanti. Mampukah kita menyangkal disaat semua amal kita diperlihatkan kelak? Sekali-kali kita tidak akan bisa lari darinya.

اليوم تجزى كل نفس بما كسبت لا ظلم اليوم إن الله سريع الحساب
“Pada hari Ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”. (QS: Ghafir: 17)

Jadi. Malulah kita disaat kita bermaksiat, disaat kita mengumbar nafsu, dan disaat bersamaan Allah sedang mengawasi kita, Allah sedang melihat kita. Jangan sampai kita tergoda dengan tipu daya syaitan yang akhirnya menjerumuskan kita masuk kedalam neraka. Na’udzubillah…


Syarat kedua: Boleh maksiat jika tidak tinggal di bumi milik Allah SWT.

Kita boleh melakukan apa saja selama kita tidak tinggal atau menumpang hidup di bumi milik Allah ini. Tapi kalau hidup saja masih menumpang, maka tentunya haram melakukan kejahatan atau kemaksiatan dihadapan pemilik tempat tinggal bahkan hidup ini. Allah SWT. Bahkan jika kita ingin bermaksiat di bulan, di Mars, atau planet lainnya. Itu tetap haram. Karena semuanya itu milik Allah SWT.

Allah adalah pemilik alam semesta beserta isinya. Dalam Al Quran Allah berfirman:

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (QS: Al Baqarah 284)

Allah subhanahu wata’ala adalah pemilik apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada dibumi. Jadi Allah berhak untuk mengatur segala apa yang dikehendakinya, termasuk mengatur bumi beserta isi-isinya. Dan kita selaku hambaNya tentu seharusnya mentaati segala peraturan yang telah Allah tetapkan agar kita senantiasa selamat di kehidupan dunia ini hingga akhira kelak.

Jadi selama kita masih tinggal dibumi, maka sebagai orang yang menumpang hidup kita tidak pantas untuk berbuat seenak hati kita. Seperti halnya seorang tamu yang berkunjung dirumah orang lain, maka kita tidak pantas berbuat semau kita. Akan tetapi kita harus bersikap sopan dan mengikuti aturan yang ada sebagai tamu.

Lalu bisakah kita memenuhi syarat yang kedua ini? Tentu jawabannya adalah “Mustahil”. Jika itu tidak mungkin, lalu kenapa kita masih berbuat maksiat dihadapan Allah? Seharusnya kita malu pada diri kita masing-masing..


Syarat ketiga: Boleh maksiat jika tidak makan makanan yang datang dari Allah.

Maksudnya adalah kita diperbolehkan berbuat semau kita, sekehendak kita dan seenak kita jika kita mampu untuk mencari makan sendiri, yaitu mendapatkan makanan yang bukan pemberian dari Allah SWT. Tapi apakah syarat yang ketiga ini juga mungkin dipenuhi? Jawabannya adalah “MUSTAHIL”

Allah Subhanahuwata’ala adalah Maha Pemberi sekaligus yang menanggung semua rizki bagi seluruh makhluknya. Baik yang didarat, laut ataupun diudara. Semua mendapatkan rejeki atas kehendak dan ijin Allah. Tak terkecuali semua hasil usaha dan hasil jerih payah kita dalam bekerja ini adalah pemberian Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al Quran:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Huud:6)

“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku (Allah SWT) melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan (siapa yang dikehendakiNya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”. Surah Saba’ : ayat 39

Begitulah keterangan beberapa dalil tentang ketidak mampuannya seorang hamba, dan kekuasaan Allah yang tiada banding yang kadang kita lupakan dan tidak sadari. Seharusnya kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah sediakan kepada kita semua ini dengan senantiasa menjalani apa yang telah Dia perintahkan. Dan janganlah kita berbuat aniaya, kerusakan, kemaksiatan sehingga hanya akan mendatangkan kemurkaan dariNya.

Semua syarat diatas sudah jelas bahwa kita semua selamanya tidak akan mampu untuk memenuhinya. Dengan kata lain maksiat dan berbuat kejahatan itu adalah haram dan dilarang oleh Allah SWT. Semoga kita selalu sadar akan segala keburukan kita, dan kemudian berbuat kebaikan demi mendapatkan rahmat dan ridho dariNYA.

Penulis: Ust. Abu Syauqie Al Mujaddid (Dewan Pembina Solusi Islam)

Sumber Artikel solusiislam.com

0 komentar: